Perempuan tekun penghimpun cuan dari usaha rumahan

Blogging
Jakarta (ANTARA) – Sudah 2,5 tahun pandemi COVID-19 melanda Indonesia, terhitung sejak diumumkannya pasien pertama yang terinfeksi SARS-COV-2 pada 2 Maret 2020.

Pemerintah Indonesia saat ini dinilai berhasil mengendalikan wabah penyakit berbahaya itu setelah melalui beberapa gelombang pandemi COVID-19 yang diawali hantaman varian Alpha pada tahun 2020, Delta pada 2021, kemudian Omicron pada Januari 2022.

Meski demikian, perjuangan bangsa ini keluar dari pandemi belum usai. Status pandemi masih tersemat, pasien terinfeksi virus yang mulanya berasal dari Wuhan, China, ini masih ada di Indonesia.

Dukungan dan peran pemerintah serta masyarakat diperlukan agar bangsa ini dapat bangkit. Tanda-tanda kepulihan belakangan ini kian terlihat bersamaan dengan meningkatnya aktivitas dan mobilitas masyarakat.

Memasuki masa pemulihan, tersimpan sejumlah cerita dari para pengusaha mikro yang tetap bertahan melewati gelombang pasang surut perekonomian.

Usaha rumahan

Sisca, ibu satu anak ini, merintis usaha masakan menu rumahan pada 2018.

Mengundurkan diri dari sebuah perusahaan swasta dan fokus pada kehamilannya, perempuan 36 tahun itu pun tak ingin berpangku tangan di rumah.

Percaya dengan kemampuan memasaknya, Sisca mulai berjualan secara daring dari rumah. Menu yang ditawarkannya cukup beragam, seperti cumi cabai rawit superpedas, ikan tongkol, hingga beragam masakan Nusantara berbahan jengkol. Target pasarnya adalah para pekerja kantoran yang tidak bisa atau tidak sempat memasak untuk keluarga.

Ibu muda itu mulai mengerjakan proses produksi, pemasaran, hingga mengurus keuangan seorang diri. Meski kadang kewalahan, ia merasa bahagia sebab yang dilakukannya adalah hobi yang disukainya,

Dalam proses awal merintis, ia memanfaatkan jasa selebgram yang baru muncul untuk promosi produk masakannya. Selain murah, followers/pengikut selebgram ini cukup berpengaruh pada omzet penjualannya.

Memasuki pandemi COVID-19, kabar kurang baik turut menerpa keluarganya. Sang suami yang bekerja di sebuah perusahaan swasta terimbas pengurangan karyawan. Artinya, usaha rumahan rintisannya, menjadi penopang pemasukan keluarga selama beberapa waktu.

Seakan tak ingin menyerah dengan keadaan, Sisca berkreasi dengan menciptakan camilan-camilan harga terjangkau, seperti otak-otak, cireng, hingga gemblong yang dijualnya dengan kisaran harga Rp11-15 ribu.

Memasuki bulan Desember 2019, kakak iparnya Dita dan Yohana ikut nyemplung dalam usaha rumahan ini.

Menggawangi bagian keuangan yakni Dita, Yohana pada penjualan, dan Sisca fokus mengolah bahan makanan. Usaha yang dinamai Alessia Kitchen yang berproduksi di kawasan Pulo Gebang, Jakarta Timur ini telah merambah wilayah Sepatan, Tangerang.

Masakan rumahan dan camilan pun mulai banyak penggemar. Kini usaha ini memperbanyak ide dengan harga jual ekonomis, misalnya, paket ekonomis ayam ungkep dua potong dan tempe ungkep dengan harga terjangkau.

Dari sisi pemasaran yang digawangi Yohana, ia memasarkan melalui mulut ke mulut. Dimulai saat ia mengantarkan anak sekolah, kemudian membagikan sejumlah tester atau sample ke beberapa orang tua murid di sekolah anaknya.

Selain itu, turut memanfaatkan loka pasar (market place) terkenal dan aplikasi medsos populer kepada pembeli yang dinilai potensial.

Usaha masakan rumahan ini pun sukses membukukan kenaikan omzet sebesar 70 persen.

Akan tetapi jalan tak selalu mulus, sejumlah usaha dengan ide sama bermunculan karena salah satunya adalah banyaknya pengangguran yang terimbas COVID-19.Kendati demikian, hal ini bukanlah hal yang dikhawatirkan. Sebab dengan pesaing maka hal ini menjadi pecutan tersendiri untuk memunculkan ide-ide kreatif agar bertahan dan bersaing secara sehat.

Kini Sisca dan timnya tengah berfokus menjemput bola dengan mula aktif mengikuti sejumlah bazar, sebab omzet dari membuka gerai di bazar sangat menggiurkan.

Oleh karena itu, ke depan unit usahanya akan buka lapak di bazar.

Dalam perjalanannya, Sisca kerap kali menghadapi pembeli yang membuatnya geleng-geleng kepala. Namun, ia menanggapi dengan santai dan tetap melayani dengan tulus karena selama dijalani dengan hati semua akan baik-baik saja.

Lebih lanjut Sisca turut menyampaikan rasa terima kasihnya kepada pemerintah atas upaya yang dilakukan untuk membantu usaha mikro tetap bertahan di tengah gempuran pandemi, salah satunya dengan menghadirkan program Peduli UMKM dan kampanye “Beli jualan teman”.

Program tersebut dirasakan cukup membantu, sebab sejumlah rekan Sisca banyak yang berpartisipasi dengan membeli produk jualannya.



Tampilan klapertart buatan Susi, usaha mikro yang berbasis di Pondok Gede, Jakarta Timur. ANTARA/Sinta Ambarwati



Menjalankan hobi

Senada dengan Sisca, seorang ibu rumah tangga asal Pondok Gede juga terjun ke usaha rumahan. Namanya Susilowati atau akrab disapa Susi.

Ibu dua anak ini sebelumnya merupakan pekerja kantoran yang memutuskan mengundurkan diri (resign) demi mengasuh kedua buah hati tercinta pada 2017.

Sebelumnya, saat masih bekerja, Susi kerap kali membuat klappertart. Tak disangka, kudapan buatannya ini disukai rekan-rekan kerjanya dulu dan sering mendapatkan pesanan.

Bermula pada 2018 dan bermodal hobi memasak, Susi menjalani usaha rumahan yang diberi label 5R, dengan memasarkan melalui platform dan grup media sosial populer.

Memasuki awal pandemi, Susi mulai kebanjiran pesanan oleh teman-temannya. Ia juga berkreasi membuat minuman berbahan emponempon (akar rimpang), yang tak disangka minuman buatannya disambut baik oleh pembeli.

Perempuan 50 tahun ini menceritakan omzet awalnya sekitar Rp3-5 juta. Ia mematok harga produk klapertart satu loyang seharga Rp150 ribu dan puding buah ukuran loyang besar seharga Rp100-200 ribu, tergantung buah yang digunakan.

Ketekunan Sisca dan Susi itu mampu menghimpun cuan (untung) kendati perjalanan bisnis mereka kadang mengalami pasang-surut akibat faktor eksternal.

Meski memiliki kesibukan memproduksi sejumlah masakan, Susi tak lupa untuk bersyukur dan senantiasa mendekatkan diri kepada Yang Maha Kuasa. Setiap hari Senin, Rabu, dan Kamis, ia menyempatkan diri untuk belajar mengaji dan bahasa Arab.

Susi berpesan kepada kaum perempuan Indonesia agar tidak ragu bila mau membuka usaha, terlebih jika usia masih muda. Semangat, ide kreasi, serta tenaga dinilainya masih bagus untuk bergerak dan terus berkembang.

“Harus percaya pada kemampuan diri,” kata Susi menutup perbincangan. ***1***

 

 

Editor: Achmad Zaenal M
COPYRIGHT © ANTARA 2022