budaya sumatera selatan, jembatan ampera

4 Keindahan Budaya Sumatera Selatan Sejarah, dan Pembagian Wilayah

Blogging

Budaya Sumatera Selatan, merupakan sebuah provinsi yang terletak di bagian selatan Pulau Sumatera, Indonesia, dengan Palembang sebagai ibukota. Provinsi ini dikenal akan budaya Sumatera Selatan dan kekayaan sumber daya alamnya, terutama dalam sektor minyak bumi, batu bara, dan gas alam. Wilayah ini memiliki sejarah yang kaya, dengan Palembang menjadi pusat peradaban terkenal sejak zaman Kerajaan Sriwijaya.

Batas geografis Sumatera Selatan bersebelahan dengan beberapa provinsi lain di Pulau Sumatera, yakni:

  • Sebelah utara, berbatasan dengan Provinsi Jambi.
  • Sebelah timur, berbatasan dengan Provinsi Kepulauan Bangka-Belitung.
  • Sebelah selatan, berbatasan dengan Provinsi Lampung.
  • Sebelah barat, berbatasan dengan Provinsi Bengkulu.
  • Provinsi Sumatera Selatan menyajikan beragam destinasi wisata yang menarik, termasuk Sungai Musi, Jembatan Ampera,

Pulau Kemaro, Danau Ranau, Kota Pagaralam, dan banyak lagi. Peran penting Sumatera Selatan sebagai pusat perdagangan sejak zaman Kerajaan Sriwijaya telah memengaruhi perkembangan budaya Sumatera Selatani.

Sejarah Sumatera Selatan mencakup pembentukan provinsi ini pada tanggal 12 September 1950, yang awalnya meliputi daerah Jambi, Bengkulu, Lampung, serta kepulauan Bangka Belitung. Kemudian, masing-masing wilayah tersebut menjadi provinsi tersendiri, namun masih mempertahankan akar budaya yang sama, khususnya dalam bahasa Austronesia proto bahasa Melayu. Variasi bahasa dan dialek seperti Palembang, Ogan, Komering, Musi, Lematang, dan berbagai bahasa lainnya masih dapat dijumpai di sini.

Asal Usul Manusia Budaya Sumatera Selatan: Jejak Paleolitikum hingga Sriwijaya

Menurut informasi dari sumber antropologi, asal usul manusia di wilayah Sumatera Selatan bagian selatan dapat ditelusuri hingga zaman paleolitikum. Buktinya, penemuan artefak zaman paleolitikum tersebar di beberapa wilayah, yang kini dikenal sebagai Kabupaten Lahat, Kabupaten Sarolangun Bangko, Kabupaten Ogan Komering Ulu, dan Tanjung Karang. Wilayah-wilayah tersebut mencakup desa Bengamas di lereng utara pergunungan Gumai, sungai Saling (cabang dari Sungai Musi), sungai Kikim, Gua Tiangko Panjang di desa Tiangko Panjang, desa Padang Bidu, serta daerah Podok Salabe. Selain itu, penemuan artefak juga tercatat di Kalianda dan Kedaton. Jejak-jejak ini menunjukkan adanya tradisi yang berasal dari acheulean yang berpindah melalui sungai Mekong, yang merupakan bagian dari bangsa Monk Khmer.

Provinsi Sumatera Selatan, yang dikenal sebagai Bumi Sriwijaya, memiliki sejarah yang kaya. Pada abad ke-7 hingga abad ke-12 Masehi, wilayah ini merupakan pusat dari Kerajaan Sriwijaya, yang juga terkenal sebagai kerajaan maritim terbesar dan terkuat di Nusantara. Pengaruh Sriwijaya bahkan merambah hingga ke Madagaskar di Benua Afrika.

Namun, pada abad ke-13 hingga abad ke-14, wilayah ini jatuh ke bawah kekuasaan Majapahit. Setelah itu, Sumatera Selatan pernah menjadi daerah yang tidak memiliki penguasa tetap dan menjadi tempat berlindung bagi bajak laut, terutama dari negeri China.

Profil Singkat Provinsi Sumatera Selatan:

Nama Resmi: Provinsi Sumatera Selatan
Ibukota: Palembang
Luas Wilayah: 91.592,43 Km2
Jumlah Penduduk: 8.043.093 Jiwa
Suku Bangsa: Terdiri dari suku Palembang, Komering, Pasemah, Ranau, Semendo, dan lainnya.
Agama: Mayoritas beragama Islam (96%), Kristen (1,7%), Budha (1,8%), dan lainnya (0,5%).
Wilayah Administrasi: Terbagi menjadi 13 kabupaten, 4 kota, 231 kecamatan, 377 kelurahan, dan 2.817 desa.
Lagu Daerah: Lagu Daerah Sumatera Selatan adalah “Dek Sangke.”

Logo Lambang Provinsi Sumatera Selatan: Simbol Keberanian dan Identitas Budaya

Budaya Sumatera Selatan, logo Daerah

Logo Provinsi Sumatera Selatan, seperti mayoritas logo provinsi di Pulau Sumatera, menghadirkan dominasi warna hijau dalam desainnya. Lambang ini menggambarkan elemen-elemen penting yang memiliki makna dalam kehidupan dan identitas masyarakat Sumatera Selatan. Berikut penjelasan mengenai arti dari logo tersebut:

Bentuk Perisai Bersudut Lima: Lambang ini memiliki bentuk perisai yang memiliki lima sudut. Perisai ini melambangkan perlindungan dan keamanan.

  • Lukisan Bunga Teratai: Terdapat gambar bunga teratai di dalam perisai, yang memiliki lima kelopak. Bunga teratai ini menggambarkan nilai-nilai keberanian dan keadilan yang didasarkan pada Pancasila.
  • Batang Hari Sembilan: Terdapat gambar batang hari sembilan, yang merupakan julukan lain bagi provinsi Sumatera Selatan yang memiliki sembilan sungai.
  • Jembatan Ampera: Logo juga mencakup gambar Jembatan Ampera, sebuah ikon yang menjadi kebanggaan masyarakat Sumatera Selatan.
  • Gunung: Gambar gunung dalam lambang ini mencerminkan keberadaan daerah pegunungan yang melimpah di provinsi ini.
  • Atap Khas Sumatera Selatan: Di atas logo terdapat gambar atap khas Sumatera Selatan yang memiliki 17 dan 8 garis genting serta 45 buah genting. Ini adalah simbol dari kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945.

Budaya Sumatera Selatan dan Geografi Provinsi

Provinsi Sumatera Selatan, yang berlokasi di bagian selatan Pulau Sumatera, adalah salah satu provinsi yang kaya akan budaya dan sumber daya alam di Indonesia. Dengan ibukota Palembang, provinsi ini memiliki batasan geografis sebagai berikut:

  • Di utara, berbatasan dengan Provinsi Jambi.
  • Di timur, berbatasan dengan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
  • Di selatan, berbatasan dengan Provinsi Lampung.
  • Di barat, berbatasan dengan Provinsi Bengkulu.

Sumatera Selatan dikenal memiliki kekayaan sumber daya alam, termasuk minyak bumi, gas alam, dan batu bara. Selain itu, Palembang, ibu kota provinsi ini, telah dikenal sejak lama sebagai pusat peradaban dan merupakan tempat berdirinya Kerajaan Sriwijaya yang terkenal.

Provinsi ini juga memiliki sejumlah objek wisata yang sangat menarik untuk dieksplorasi oleh para pengunjung, seperti Sungai Musi, Jembatan Ampera, Pulau Kemaro, Danau Ranau, Kota Pagaralam, dan beragam destinasi lainnya. Keberadaan pusat perdagangan sejak masa lampau telah memberikan dampak signifikan pada perkembangan Budaya Sumatera Selatan.

Keanekaragaman kuliner provinsi ini juga patut dicatat, dengan hidangan khas seperti pempek, model, tekwan, pindang patin, pindang tulang, sambal jokjok, berengkes, dan tempoyak yang menggugah selera.

Seni Tari Budaya Sumatera Selatan

Dalam bidang seni tari, Kota Palembang menampilkan berbagai jenis tarian, baik yang bersifat tradisional maupun modern, yang merupakan hasil kreasi seniman lokal.

  1. Tari Gending Sriwijaya: Tarian ini yang biasanya dipentaskan secara istimewa untuk menyambut tamu agung seperti kepala negara, duta besar, dan tamu-tamu agung lainnya. Tari ini memiliki kemiripan dengan Tari Tanggai, namun perbedaannya terletak pada jumlah penari dan kostum yang digunakan. Tari Gending Sriwijaya melibatkan seluruh penari dalam pertunjukan.
  2. Tari Tanggai: Tarian ini di sisi lain, biasanya ditampilkan saat menyambut tamu resmi atau dalam acara pernikahan. Tari ini umumnya dibawakan oleh lima penari yang mengenakan pakaian tradisional daerah, seperti kain songket, dodot, pending, kalung, sanggul malang, kembang urat atau rampai, tajuk cempako, kembang goyang, dan tanggai berbentuk kuku yang terbuat dari lempengan tembaga. Tarian ini merupakan perpaduan antara gerakan yang anggun dari penari dengan busana khas daerah, mencerminkan sikap ramah dan penuh penghormatan masyarakat Palembang terhadap para tamu yang mengunjungi daerah mereka.
  3. Tari Tenun Songket: Tarian ini menggambarkan kegiatan remaja putri dan ibu rumah tangga di Palembang yang sering memanfaatkan waktu luang mereka untuk menenun songket.
  4. Tari Rodat Cempako: Tarian ini merupakan tarian rakyat dengan nuansa Islam yang kuat. Gerakan dasarnya berasal dari Timur Tengah, dan mirip dengan tarian Dana Japin. Tari Rodat Cempako ditampilkan dengan gerakan yang dinamis dan lincah.
  5. Tari Mejeng Besuko: Tarian ini menggambarkan kegembiraan para remaja saat bertemu. Mereka bermain-main dan saling menyatakan perasaan cinta. Bahkan, tidak jarang jika pertemuan semacam ini menjadi awal dari hubungan asmara.
  6. Tari Madik (Nindai): Masyarakat Palembang memiliki tradisi ketika memilih calon pasangan hidup. Orang tua calon pria biasanya datang ke rumah calon wanita dengan tujuan melihat dan menilai karakter serta kehidupan sehari-hari gadis tersebut, dalam apa yang dikenal sebagai proses “madik dan nindai.” Dengan proses ini, diharapkan bahwa jikalau gadis tersebut nantinya menjadi menantu, dia tidak akan pernah mengecewakan, dan kehidupan mereka juga pun akan berjalan harmonis sesuai dengan harapan keluarga calon suami.
  7. Dul Muluk: Seni Dul Muluk adalah salah satu seni tradisional yang ada di Sumatera Selatan, biasanya dipentaskan dalam acara-acara hiburan seperti pernikahan, pertunjukan tradisional, dan panggung hiburan.

Keberagaman seni tari tradisional ini mencerminkan kekayaan budaya Palembang yang perlu diapresiasi dan dilestarikan.

Arsitektur Rumah Limas: Simbol Budaya Sumatera Selatan dan Keprotokolan

Budaya Sumatera Selatan, Sungai Ampera

Rumah Limas, merupakan prototipe rumah tradisional khas Palembang, bukan hanya dikenali dengan atap berbentuk limasnya, tetapi juga memiliki sejumlah ciri khas lainnya yang mencerminkan budaya dan tradisi yang kaya. Beberapa ciri khas Rumah Limas yang patut dicatat meliputi:

  1. Atap Berbentuk Limas: Salah satu ciri paling mencolok dari Rumah Limas adalah atapnya yang berbentuk limas.
  2. Struktur Bertingkat dengan Dinding Kayu: Badan rumah ini terdiri dari dinding berbahan papan dengan pembagian ruangan yang telah ditentukan dan bertingkat-tingkat (Kijing).
  3. Dukungan Tiang Kayu: Keseluruhan atap, dinding, dan lantai rumah bertumpu pada tiang-tiang yang tertanam dalam tanah.
  4. Ornamen dan Ukiran yang Mengesankan: Rumah Limas sering dihiasi dengan ornamen dan ukiran yang menampilkan pesona dan identitas budaya khas rumah tersebut. Pengaruh Islam tercermin dalam ornamen dan ukiran yang ada.
  5. Simbas (Platy Cerium Coronarium) sebagai Simbol Utama: Simbol utama dalam ukiran rumah ini adalah Simbas, yang mengandung makna filosofis bahwa tempat tertinggi adalah suci dan penuh penghormatan dalam arsitektur rumah Limas.
  6. Ruang Utama yang Terhormat: Ruang utama rumah, yang dikenal sebagai ruang gajah (dalam bahasa Kawi disebut balairung), terletak di tingkat tertinggi dan tepat di bawah atap limas yang didukung oleh Alang Sunan dan Sako Sunan. Ruang gajah ini adalah pusat aktivitas dalam Rumah Limas, baik untuk keperluan adat, kehidupan sehari-hari, maupun elemen dekoratif yang menampilkan kekayaan pemilik rumah.
  7. Pangkeng (Bilik Tidur): Bilik tidur terletak di dinding rumah, baik di sisi kanan maupun kiri. Untuk memasuki pangkeng, seseorang harus melalui dampar (kotak) yang terletak di pintu. Dampar ini juga berfungsi sebagai tempat penyimpanan peralatan rumah tangga.
  8. Pawon (Dapur) di Ruang Belakang: Di bagian belakang rumah, terdapat sebuah pawon (dapur) dengan lantai yang sejajar dengan lantai ruang gajah, namun tidak lagi berada di bawah naungan atap pisang sesisir.

Dengan tata ruang dan struktur lantai berkijing-kijing ini, Rumah Limas secara alami mengatur keprotokolan yang terstruktur dengan baik. Tempat duduk tamu dalam acara sedekah telah ditetapkan berdasarkan status mereka dalam masyarakat, mencerminkan adat dan tradisi yang dihormati dalam budaya Palembang.

Budaya Sumatera Selatan dan Kuliner Khas Palembang

Kota ini dikenal dengan komunitas Tionghoa yang cukup besar yang juga memberikan pengaruh pada hidangan lokal. Kuliner Palembang, seperti pempek atau tekwan, mencirikan sentuhan cita rasa Tionghoa yang kuat yang disukai oleh penduduk setempat.

Pempek, makanan khas Palembang yang telah dikenal luas di seluruh Indonesia, merupakan salah satu kuliner yang patut dicicipi. Dibuat dengan bahan dasar utama berupa daging ikan dan sagu, masyarakat Palembang berhasil mengembangkan pempek menjadi beragam jenis dengan variasi isian dan tambahan lain seperti telur ayam, kulit ikan, atau tahu.

Berbagai jenis pempek dapat ditemui di Palembang, termasuk pempek kapal selam, pempek lenjer, pempek keriting, pempek adaan, pempek kulit, pempek tahu, pempek pistel, pempek udang, pempek lenggang, pempek panggang, pempek belah, dan pempek otak-otak. Saat menyantap pempek, masyarakat Palembang biasanya menambahkan saus kental berwarna kehitaman yang disebut sebagai saus cuka (cuko), yang terbuat dari rebusan gula merah, cabe, dan udang kering.

Selain pempek, hidangan lain yang tidak kalah lezat adalah tekwan. Tekwan mirip dengan sup ikan, terbuat dari daging ikan dan sagu yang dibentuk menjadi bola kecil, menyerupai bakso ikan. Tekwan kemudian disajikan dengan kuah kaldu udang, serta soun (mi dari kacang hijau) dan jamur kuping sebagai pelengkap.

Ada juga hidangan lain yang dikenal dengan sebutan “Model,” yang mirip dengan tekwan tetapi berbeda dalam bentuk. Model ini terbuat dari bahan dasar daging ikan dan sagu yang dibentuk menyerupai pempek tahu, kemudian dipotong menjadi bagian kecil. Model juga disajikan dengan kuah kaldu udang, soun, dan jamur kuping. Terdapat dua jenis Model, yakni Model Ikan (Model Iwak) dan Model Gandum (Model Gendum).

Kuliner-kuliner ini merupakan bagian tak terpisahkan dari kekayaan budaya kuliner Palembang yang patut dinikmati oleh semua pengunjung.